Rabu, 15 Januari 2014

Soreng Pati tokoh cikal bakal Desa Cabean Demak



            Desa Cabean adalah salah satu desa di Kota Demak. Desa Cabean berada di Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Proponsi Jawa Tengah dengan kode kelurahan atau desa 33.21.11.2008. Desa Cabean terbagi menjadi 3 bagian yaitu Cabean Barat, Cabean Tengah (Umbul ), Cabean Timur ( jombor ).
            Keberadaan suatu desa tidak dapat terlepas dari tokoh babad alas, yaitu orang-orang yang pertama kali datang untuk membuka menjadi tempat tinggal. Munculnya Desa Cabean tidak dapat dilepaskan dari ketiga orang yang menjadi cikal bakal. Orang yang pertama kali datang dan membentuk komunitas. Mereka adalah pendatang yang memiliki tugas khusus dari kesultann Demak. Mereka adalah Soreng Pati, Kyai Kamal, dan Nyai Ringgit. Tetapi pada tulisan berikut hanya membahas tentang mbah Soreng Pati, orang yang pertama kali datang dan membabad alas di daerah cabean ini.
METODE PENELITIAN DATA
            Metode yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara wawancara, adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara ( Nazir : 1988). Wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap survey. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada responden, karena data semacam itu merupakan tulang punggung suatu penelitian.
            Dalam wawancara yang saya lakukan saya memilah-milah dahulu narasumber yang sekiranya mengerti akan asal-usul desa saya. Saya memilih salah dua tokoh penting di desa saya, beliau seorang ta’mir masjid dan mantan pemain ketoprak di desa saya dan ustadz di desa saya.


Berikut adalah kisahnya atau seluk beluk Mbah soreng pati dari informasi yang saya dapatkan melalui kedua narasumber tersebut:
            Dahulu kasultanan Demak dipimpin oleh Raden Sultan Fatah yang merupakan keturunan raja terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Raden Fatah tampil sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia  menaklukan kerajaan Majapahit.  Raden patah mempunyai tiga orang putera yang pertama Raden Surya (Adipati Unus), Raden Trenggono dan Raden Kikin.
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak kosong. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan antara anak-anak dari Raden Patah. Terjadi persaingan ketat antara Sultan Trenggana dan Pangeran Seda Lepen (Kikin). Akhirnya kerajaan Demak dipimpin oleh Sultan Trenggana dengan menyuruh anaknya yaitu Prawoto untuk membunuh pangeran Seda Lepen (Kikin). Dan akhirnya sultan Trenggana manjadi sultan di kerajaan Demak. Pangeran Seda Lepen (Kikin) mempunyai putra bernama Arya Penangsang, mengetahui ayahnya dibunuh Arya penangsang berniat membalas kematian ayahnya.
            Sultan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil di kuasai, seperti Madiun, Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana gugur. Jadi Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun.
Sultan Trenggana meninggalkan dua orang putra dan empat putri. Anak pertama perempuan dan menikah dengan Pangeran Langgar, anak kedua laki-laki, yaitu sunan prawoto, anak yang ketiga perempuan, menikah dengan pangeran kalinyamat, anak yang keempat perempuan, menikah dengan pangeran dari Cirebon, anak yang kelima perempuan, menikah dengan Jaka Tingkir (Hadiwijaya), dan anak yang terakhir adalah Pangeran Timur.
            Pergantian kepemimpinan pasca wafatnya Sultan Trenggono tidak dapat berjalan mulus dikarenakan terjadi konflik di Kerajaan Demak Bintoro. Faktor penyebab adalah konflik dari intern (dalam kerajaan) dan faktor ekstern (perbedaan pandangan dari para wali sembilan tentang calon pengganti Sultan Trenggono). Ketika Sunan Prawoto akan dinobatkan menjadi penerus tahta kerajaan mendengar hal itu Arya Penangsang geram dan ingin membunuh Sunan Prawoto karena ia sebagai penghalang atas naik tahtanya dan juga untuk membalas kematian ayahnya.
Akhirnya Sunan Prawata meninggal terbunuh beserta isterinya oleh  kaki tangan Arya Penangsang. Setelah Sunan Prawata wafat, ia kemudian membunuh Pangeran Hadiri, suami Ratu Kalinyamat. Pangeran Hadiri berhasil dibunuh oleh pengikut Arya Penangsang dalam perjalanan pulang dari Kudus, mengantarkan istrinya dalam rangka minta keadilan dari Sunan Kudus atas dibunuhnya Sultan Prawata oleh Arya Penangsang. Namun Sunan Kudus tidak dapat menerima tuntutan Ratu Kalinyamat karena ia memihak Arya Penangsang. Menurut Sunan Kudus, Sultan Prawata memang berhutang nyawa kepada Arya Penangsang yang harus dibayar dengan nyawanya. Arya Penangsang juga mencoba membunuh Adipati Pajang Hadiwijaya, menantu Sultan Trenggana.
            Kematian Sunan Prawata dan Pangeran Hadiri tampaknya membuat selangkah lagi bagi Arya Penangsang untuk menduduki tahta Demak. Meskipun pembunuhan terhadap Sunan Prawata dan Pangeran Hadiri telah berjalan mulus, namun Sunan Kudus merasa belum puas apabila Arya Penangsang  belum menjadi raja, karena masih ada penghalangnya yaitu Hadiwijaya. Setelah berdiskusi dengan Sunan Kudus.  Arya Penangsang berencana membunuh Hadiwijaya dengan menyuruh orang kepercayaannya yaitu ”Soreng Pati”, Soreng Singaparna, Soreng Satru dan Soreng Rono namun mengalami kegagalan. Karena sultan Hadiwijoyo lebih sakti, beliau kemudian merampas pusaka-pusaka kaki tangan Arya Penangsang. Maka tertangkaplah kaki tangan Arya Penangsang. Sultan hadiwijaya tidak membunuh mereka tetapi malah diberi hadiah, mereka hanya ditanyai dan sebagian soreng ada yang pulang di daerah kudus diperguruan sunan kudus dan  di dimarahi. Kemudian mbah soreng pati diangkat murid oleh Sunan Kalijaga dan beliau tidak pulang ke kudus  dan ditempatkan di Desa Cabean.
            Jadi Soreng Pati adalah orang kepercayaan Arya Penangsang (cucu Raden Patah). Setelah pergantian pemerintahan kerajaan dari Sultan Trenggono ke Sultan Hadiwijoyo (Jaka Tingkir) muncul pemberontakan dari Arya Penangsang yang merasa memiliki hak untuk menjadi raja di Demak. Soreng Pati merupakan Abdi dalem Kaesultanan Demak terutama sebagai salah satu kakitangan dari Arya Penangsang.
            Ketika datang ke daerah Desa Cabean, Soreng pati membabad alas Desa ini dan menjadikan yang semula adalah hutan menjadi sebuah pemukiman . Beliau termasuk trah senopati. Mbah Soreng pati beragama islam tetapi masih kejawen karena masih melekatnya suasana hindu kerajaan Majapahit pada masa itu. Mbah Soreng pati mempunyai hobi atau suka menyabung ayam. Warga Desa cabean termasuk orang abangan yang belum begitu mengenal agama penduduk watak temperament mudah tersinggung dan tutur bahasa yang pedas adalah cirri khas dari desa ini (hal tersebut juga salah satu factor desa inin dinamakan Desa Cabean). Watak sebelum tahun 1980 kebanyakan mempunyai watak keras karena terbawa dari sifat Mbah Soreng Pati tadi. Setelah 1980 kesini warga Desa Cabean sudah mengenal agama  terutama agama Islam secara mendalam. Bisa dikatakan bahwa Mbah Soreng hidup di Cabean dari tahun 1500-an, jadi nama beliau sudah ada di Desa Cabean sejak 500 tahun yang lalu. Asal usul mbah soreng pati ia berasal dari daerah Gunungproto Purwodadi Grobogan. Beliau orang yang sakti. Ketika datang di Desa ini beliau bujang dan kemudian menikah di desa ini.
             Ketika mbah soreng pati wafat beliau dimakamkan di Cabean Tengah dan komplek pemakamannya dinamakan “Makam Simbah Soreng Pati”. Dan juga di desa ini terdapat nama jalan bernamakan “Jalan Soreng Pati”  karena dipercaya jalan itu tempat tinggal atau pusat kekuasaan mbah Soreng Pati dan disitu pula jalan dimana Makam Simbah Soreng Pati berada.
            Dahulu tidak ada yg berani membangun makam Mbah Soreng alasannya takut menyinggung (kualat) terhadap Mbah Soreng. Tetapi baru-baru ini pada tahun 2011 para sesepuh desa Cabean baru berani membangun makam Mbah Soreng Pati. Dikarenakan untuk mempermudah warga Cabean jika ingin berziarah ke makamnya. Ketika ada hajatan ataupun acara keagamaan pasti nama Mbah Soreng Pati selalu diikutsertakan.
            Sumbangsih Mbah Soreng di Desa Cabean selain orang yang pertama kali datang dan membuka jalan di Desa ini juga mengajarkan pertanian bercocok tanam dan ilmu bela diri. Karena jaman dahulu orang-orang di Desa Cabean belum mengerti tentang bercocok tanam. Dahulu ketika awal-awal bercocok tanam, tanaman cabe lah yang banyak ditanam sehinggga desa ini dinamakan Desa Cabean.  Hal itu adalah satu factor kenapa nama desa  tersebut dinamakan Desa Cabean.

10 komentar:

  1. Saya pernah ziarah ke makam mbah sorengpati

    BalasHapus
  2. Di desa Watulimo, kec. Watulimo, kab. Trenggalek juga ada makam mbah Sorengpati, menurut cerita dari mbah buyut, beliau berasal dari Mataraman dan masih keturunan Sunan Bayat. Saya cuma mau menanyakan, apakah Sorengpati itu merupakan nama ataukah gelar yg ada pada masa kerajaan waktu itu...?
    Jika ingin melihat keadaan makamnya silahkan melihat di akun Fb (Kirud Mohammed)

    BalasHapus
  3. Di desa Watulimo, kec. Watulimo, kab. Trenggalek juga ada makam mbah Sorengpati, menurut cerita dari mbah buyut, beliau berasal dari Mataraman dan masih keturunan Sunan Bayat. Saya cuma mau menanyakan, apakah Sorengpati itu merupakan nama ataukah gelar yg ada pada masa kerajaan waktu itu...?
    Jika ingin melihat keadaan makamnya silahkan melihat di akun Fb (Kirud Mohammed)

    BalasHapus
  4. Di desa Watulimo, kec. Watulimo, kab. Trenggalek juga ada makam mbah Sorengpati, menurut cerita dari mbah buyut, beliau berasal dari Mataraman dan masih keturunan Sunan Bayat. Saya cuma mau menanyakan, apakah Sorengpati itu merupakan nama ataukah gelar yg ada pada masa kerajaan waktu itu...?
    Jika ingin melihat keadaan makamnya silahkan melihat di akun Fb (Kirud Mohammed)

    BalasHapus
  5. GARIS KETURUNAN MBAH SORENGPATI WATULIMO TRENGGALEK

    BalasHapus
  6. silsilah keturunan mbah sorengpati watulimo trenggalek

    BalasHapus
  7. Klo gag salah ....mbah sorengpati cabean masih ada trah dg ki gede nglaweyan bin ki ageng enis...dan mbah abdullah (makam yai keramat) yg di daerah kuncir termasuk masih dzurriyahnya...

    BalasHapus
  8. hidup Soreng Pati Trenggalek...
    Soreng Pati adalah pasukan/yang dibawa Menak Sopal Trenggalek ketika sowan menghadap Ayahandanya Syech Sraba yang merupakan anggota Dewan Wali tanah Jawa yang berpusat di Masjid Demak /Kerajaan Demak.. Perlu Diketahui bahwasanya Ibu Kandung Menak Sopal Masih yaitu Nyai Roro Amisayu / Amis wati adalah masih saudara dengan Radwn Patah Raja Dwmak 1. Pusat Pengemblengan Pasukan Soreng Pati adalah di Kaki Bukit Pajaran/Pangajaran/ G.Sinawang di Utara Kota Trenggalek

    BalasHapus
  9. Saya adalah keturunan ke 7Mbah soreang Pati kata pak de saya

    BalasHapus
  10. Maaf bolekah saya mengetahui silsilah Soreng pati... Karna saya juga masih punya keturunan Soreng pati yg ada di Demak

    BalasHapus

Entri Populer

bayi ngedot

semut

Paste Kode jam yang telah diparse disini